Om Swastyastu. Berdasarkan pengertian Yadnya. Yadnya dapat berarti pelaksanaan korban suci secara tulus iklas. Sehingga pelaksanaan Yadnya harus berdasarkan ketulus iklasan. Tanpa mengharapkan balasan ataupun beryadnya dengan tujuan pamer. Hal tersebut sejalan dengan Pelaksanaan Yadnya menurut sifatnya. Dalam Agama Hindu, terdapat tiga pelaksanaan Yadnya menutu sifatnya, yaitu Sattwika Yadnya, Rajasika Yadnya, dan Tamasika Yadnya.
Satwika Yadnya yaitu pelaksanaan Yadnya berdasarkan Sradha, Bakti, Sastra Agama, Anasmita, dan Anasewa. Rajasika Yadnya yaitu pelaksanaan Yadnya dengan mengharapkan hasil tertentu. Sedangkan Tamasika Yadnya yaitu pelaksanaan Yadnya tidak mengindahkan petunjuk sastra, mantra, kidung suci, daksina, dan Sradha.
Apapun Yadnya yang kita laksanakan, usahakannya melaksanakan Yadnya berdasarkan sifat Satwika Yadnya. Sehingga pelaksanaan Yadnya akan memperoleh kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan. Hal tersebut bisa kita peroleh dengan cara persembahan yang tulus ikhlas dan berdasarkan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Bagian - Bagian Yadnya Menurut Sifatnya
Sattwika Yadnya
Sattwika dapat berarti keiklasan. Pelaksanaan Yadnya harus bersifat iklas yang berlandaskan dengan hati yang sucu. Janganlah melaksanakan Yadnya dengan dalih mencari keuntungan ataupun menggagalkan proses Yadnya yang sedang berlangsung.
Dalam Bhagavan Gita, Kwalitas Yadnya berdasarkan Sattwika Yadnya harus memperhatikan beberapa hal berikut :
- Sradha artinya pelaksanaan Yadnya dengan penuh keyakinan,
- Aphala artinya tanpa ada motif untuk mengharapkan hasil dari pelaksanaan Yadnya,
- Dharma Gita artinya ada lagu kerohanian dalam pelaksaan Yadnya,
- Mantra artinya mengucapkan doa - doa pujia kepada Brahma / Tuhan,
- Punia Daksina artinya penghormatan terhadap pemimpin upacara berupa Rsi Yadnya,
- Lascarya artinya pelaksanaan Yadnya bersifat tulus Iklas,
- Nasmita artinya tidak ada unsur pamer dalam pelaksanaan Yadnya,
- Annasewa artinya adanya jamuan makan dan minum kepada tamu yang datang saat pelaksanaan Yadnya,
- Sastra artinya setiap pelaksanaan Yadnya harus berdasarkan sastra atau sumber - sumber yang jelas baik yang terdapat dalam sruti dan smerti.
Dalam Manavadharmasastra, Acuan pelaksanaan Yadnya yang berdasarkan sumber hukum Hindu. Terdapat 5 jenis acuan, yaitu
- Sruti merupakan wahyu Tuhan secara langsung,
- Smerti merupakan hal - hal yang perlu kita perhatikan dan hayati,
- Sila artinya tidak menyimpang dari norma - norma kebenaran dan kebaika,
- Acarya artinya pelaksanaan keagamaan yang berlandaskan rasa bakti dan kasihnya kepada Ida Hyang Widi Wasa,
- Atmanastuti artinya menghantarkan umatnya mencapai kebahaigaan rohani.
Menerapan Sattwika Yadnya tidak harus dalam pelaksanaan Upakara - upakara Yadnya tertentu. Tetap harus kita mulai dari diri kita sendiri. Mulailah berdasarkan konsep Tri Kaya Parisudha. Mulai dari pikiran kita yang baik, ucapan dan tindakan kita juga baik. Semisal berdana Punia, janganlah berdana punia apabila perasan kita tidak iklas, apalgi dengan tujuan pamer. Jika berdana punia mulailah dengan niat dan keinginan yang tulus iklas. Begitu halnya dalam niat kita beryadnya, mulailah dengan hati yang tulus iklas.
Rajasika Yadnya
Rajasika Yadnya artinya pelaksanaan Yadnya dengan penuh harapan dan dengan tujuan pamer. Dalam pelaksanan dan proses pembuatan Yadnya biasanya memiliki kepentingan tersendiri. Agar orang lain menilai paling mampu, paling bisa dan kaya.
Jangan pernah ada niat terselubung dalam melaksanakan Yadnya, apalgi bertujuan pamer. Semisal beryadnya dalam hal kemampuan. Jika memiliki uang 100rb, jangan semuanya kita Yadnyakan. Apalagi dalam melaksanakan Yadnya harus dengan cara berutang, yang berujunya sampai menjual harta benda. Hal itulah yang mengakibatkan Yadnya tersebut camer atau cuntaka. Oleh sebab itu, hindarilah beryadnya dengan tujuan pamer dan beryadnyanya sesuai dengan kemampuan kita masing - masing.
Tamasika Yadnya
Tamasika Yadnya artinya pelaksanan Yadnya tanpa petunjut sastra. Serta pelaksanan Yadnya secara Tamasika harus kita hindari. Contohnya bahan yang tidak layak, tempat pembuatan yang kotor, proses pembuatan yang tidak sesuai dengan Tattwa, Petunjuk Sastra, dan Sradha. Apa yang terjadi jika pelaksaan Yadnya seperti itu. Selain merugikan waktu dan tenaga, hal itu juga merugikan semua pelaku Yadnya.
Kesimpulan
Melaksanakan Yadnya mulailah dari hati yang tulus iklas. Terutama pelaksanaan Yadnya berdasarkan Sattwika Yadnya. Terapkanlah Yadnya secara Sattwika Yadnya, hindarilah pelaksanaan Yadnya secara Rajasika Yadnya dan Tamasika Yadnya.
Yadnya merupakan proses korban suci secara tulus iklas, Jadi awalilah pelaksanaan Yadnya dengan hati yang tulus. Ada hal penting yang harus kita terapkan sebagai pelaku Yadnya, yaitu mulailah dari penerapan konsep Tri Kaya Parisudha. Mulai dari pikiran kita yang bersih dan suci. Selanjutnya ucapan dan tindakan kita pasti akan berlaksanan yang baik. Om Shanti-Shanti-Shanti Om