Mengamalkan Ajaran Catur Paramita
Catur Paramitha merupakan empat perbuatan budi luhur dalam tindakan manusia.

Om Swastyastu. Catur Paramita merupakan ajaran yang memuat tentang sikap, prilaku dan tindakan mulia. Ajaran tersebut merupakan pedoman dalam menjalin kehidupan di dunia ini. Catur Paramitha terdiri dari empat bagian. Kempat bagian tersebut yaitu Maitri (bersahabat), Karuna (cinta kasih), Muditha (bersimpati), dan Upeksa (toleransi).

 

Catur Paramita merupakan bagian dari ajaran Susila atau Etika. Ajaran Susila merupakan sarana bagi manusia untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama. Karena keharmonisan mampu mengantarkan manusia mencapai kebahagain di dunia dan di akhirat atau Moksartham Jagathita.

 

Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat menyebabkan adanya perubahan dalam beretika. Bagaikan dua sisi mata uang. Hadirnya teknologi mampu mempercepat dan memudahkan segala kegiatan. Tapi hadirnya teknologi juga memberi dampak buruk dalam beretika. Dampak buruk perubahan etika tersebut yaitu perubahan sikap baik kepada kalangan orang tua, remaja bahkan anak - anak.

 

Orang Tua zaman dulu mengungapkan bahwa sopan santu anak zaman dahulu berbeda dengan anak zaman sekarang. Anak zaman dulu ketika berbicara kepada orang tua dengan nada yang sopan, tetapi anak zaman sekarang tak jarang menjaga kepribadian dan sopan santu kepada orang - orang yang lebih tua.

 

Ajaran Catur Paramita sangat berhubungan dengan konsep pendidikan karakter atau etika. Bertujuan untuk saling menghargai satu sama lain. Misalnya menerapkan cinta kasih, berjiwa sosial, dan suka bergaul (maitri). Adanya sifat menyayangi antar sesama dan makhluk lain (karuna). Memiliki sifat ramah terhadap seseorang (muditha). Memiliki karakter yang baik dalam berkomunikasi, sehingga tidak menyinggu orang lain (Upeksa).

Pengertian Catur Paramtia

Catur Paramitha merupakan empat perbuatan budi luhur dalam diri manusia atau empat sifat Ketuhanan yang berada di dalam pikiran, perkataan dan tindakan manusia. Adanya penerapan perbuatan tersebut dapat meningkatkan hubungan harmonis antar manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungannya.

 

Bagia Catur Paramita

1. Maitri

Mitra adalah asal dari Maitri yang artinya teman atau sahabat. Maksudnya adalah manusia harus mampu memiliki sifat - sifat pertemanan, bersahabatan, persaudaraan antara sesama. Dengan cara menjalin persahabatan yang saling pengertian antar sesama makhluk dan manusia dengan manusia yang lain.

 

Manusia merupakan ciptaan Tuhan, memiliki Atma yang merupakan bagian terkecil dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yaitu Paratman. Jadi manusia sebenarnya berasal dari satu sumber yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan karena itu sesungguhnya kita semua adalah bersaudara dan bersahabat. Oleh karean itu, kita harus mampu hidup dengan rukun, hidup saling membantu, hidup saling mengasihi dan tidak bermusuhan. Apalagi sampi ada rasa benci dalam diri, karena saat kita membenci orang lain, itu artinya kita membeci diri kita sendiri.

 

Kita semua sebenarnya sama, yaitu ciptaan Tuhan yang berasal dari satu sumber. Tak terkecuali tumbuh - tumbuhan ataupun hewan. Karena bagaimanapun kita tidak bisa hidup sendiri, membutuhkan bantua dari orang lain dan atanya ketergantungan atar sesama makhluk.

 

Beberapa contoh sikap Maitri dalam kehidupan sehari - hari, yaitu :

  1. Bersikap sopan santun kepada semua orang, baik itu bersikap hormat kepada orang tua, keluarga, dan masyarkat pada umumnya.
  2. Menjali hubungan pertemanan kepada siapapun sesuai dengan batasnya. Karena bagaimapun kita adalah makhluk ciptaan Tuhan, dan sudah sewajarnya untuk menjalin hubungan baik dengan sesama. Bagaiamapun sikap orang lain kepada diri kita, itu merupakan tanggung jawab dia kepada Tuhan. Cara kita merespon orang lain adalah tanggung jawab diri kita sendiri.
  3. Menjauhkan rasa benci ataupun rasa dendam kepada orang lain dan selalu berfikir positif pada setiap kejadian yang terjadi.
  4. Hidup saling mengasihi, hidup saling membantu, hidup rukun dan menghindari rasa balas dendan kepada siapapun.
  5. Memberi bantuan atupun pertolongan, memberi pelayanan dan memiliki sikap pedulu terhadap seseorang yang mengalami kesusahan.

2. Karuna

Karuna merupakan perasaan belas kasih / cinta kasih terhadap penderitaan makhluk lain / sesama. Kita sebagai manusia yang berasal dari satu sumber yaitu Tuhan Yang Maha Esa, sudah sewajarnya memiliki sikap tolong menolong dan sikap tersebut merupakan keharusan. Oleh sebab itu, memiliki kesadaran akan penderitaan / kesusahan orang lain, serta memiliki niat untuk membantu merupakan keharusan. Saat diri kita memiliki kesadaran tersebut, kita secara tidak langsung akan memiliki niat untuk membantu orang lain.

 

Tiada ada jalan yang mulus saat menjali kehidupan di dunia ini. Kita akan mengalami lika - liku kehidupan. Adakalanya kita merasakan kesenangan dan adakalanya kita merasakan kesusahan. Karena sesungguhnya kehidupan manusia seperti itu adanya. Kadang berhasil dan terkadang gagal, terkadang di posisi puncak dan terkadang di bawah. Oleh sebab itu, kita harus mampu mengendalikan diri pada saat menghadapi cobaan kehidupan.

 

Saat kita menghadapi cobaan kehidupan yang tiada henti. Hal tersebut tidak menjadi alasan untuk tidak membantu orang lain. Jangan menunggu waktu yang tepat dalam menolong orang lain, jangan menungu sukses dulu untuk memunculkan rasa tolong menolong. Karena tak akan ada waktu yang tepan dan tawarkanlah bantu sesegera mungkin.

 

Beberapa contoh sikap Karuna dalam kehidupan sehari - hari, yaitu :

  1. Membantu dan tawarkan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesusahan,
  2. Membantu pelaksanaan kerja bakti / ngayah di lingkungan masyarakat.
  3. Menjadi relawan saat terjadi bencana, sehingga dapat membantu dan bermanfaat bagi orang lain.

3. Muditha

Muditha artinya simpati atau mampu merasakan kesusahan dan kesenangan orang lain. Serta adanya keinginan untuk membantu dan menawarka pertolongan. Dengan memiliki sifat tersebut akan mampu menghindari rasa iri hati, dengki, dan rasa benci terhadap keadaan orang lain.

 

Hidup sebagai manusia adalah hidup saling ketergantungan antara satu dengan lainnya. Selain itu, adanya hubungan timbal balik antar sesama. Jika ingin mendapatkan simpati dari orang lain, kita harus menanamkan simpati kepada orang lain. Jika kita ingin mendapatkan pertolongan dari orang lain, kita juga harus memiliki sifat tolong menolong. Karena bagaimanapun, Reaksi orang lain kepada diri kita, itu tergantung perlakuan kita kepada orang lain.

 

Rasa persaudaraan akan tumbuh ketika memiliki sifat empati kepada orang lain. Dengan ikut merasakan kesenangan maupun kesusahan yang orang lain alami, senantiasa membuat orang lain senang berada di sekitar kita. Hal yang bertentangan seperti rasa iri hati mampu kita kendalikan. Sehinga dapat terwujudnya kehidupan yang damai, tentram dan bahagia.

 

Berikut contoh sikap Muditha dalam kehidupan sehari - hari, yaitu sebagai berikut :

  1. Menjalin kerja sama yang baik dengan semua orang,
  2. Mengucapkan selamat kepada teman yang sedang merayakan kebahagiaan,
  3. Mengucapkan bela sungkawa kepada teman yang sedang berduka,

4. Upeksa

Bagian dari Catur Paramita yang terakhir yaitu Upeksa. Upeksa merupakan sikap toleransi dan senantiasa memperhatikan keadaan orang lain. Sedangkan batin seorang upeksa akan selalu tenang saat menghapadi suka maupun duku dalam menjalani kehidupan. Tidak terlalu berlebihan mencampuri urusan orang lain, karena bagaimanpun setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing - masing.

 

Kehidupan seorang upeksa adalah menerapkan hidup sederhana, mampu menghargai pendapat dan usaha orang lain. Tidak akan merendahkan martabat orang lain, dan senantiasa mengucapkan selamat kepada keberhasilan orang lain. Selain itu, akan siap membantu orang lain yang mengalami kesusahan.

 

Mengalah bukan berarti kalah. Prilaku seorang upeksa akan selalu mengutamakan sifat mengalah demi kebaikan dan kebenaran. Walaupun sikap orang lain terkadang menyinggu perasaannya, tetapi tetap tenang dan memaafkan kejahan orang lain serta mebalasnya dengan kebaikan. Memaafkan atau mengampunin menunjukka seseorang mampu mengendalikan diri dari kemaranan dan ketersinggungan, sehingga akan terbeban dari rasa benci.

 

Namun, tidak semua kejahatan ataupu kekeliruan orang lain harus dimaafkan. Jika perbuatannya sangat fatal apalagi bertentangan dengan ajaran agama. Maka hasil perbuatan tersebut harus di proses secara hukum. Untuk itu, jauhkan sikap yang menentang dari peraturan hukum atau agama, karena setiap perbuatan akan menghasilkan buah Karma.

Beberapa contoh sikap Upeksa dalam kehidupan sehari - hari, yaitu :

  1. Tidak menanggapai secara berlebihan saat menghadapi suka maupun duka,
  2. Memaafkan atau mengampuni kesalahan orang lain, karena sadar tidak ada manusia yang sempuran,
  3. Menghargai setiap pendapat ataupun masukan dari orang lain,
  4. Memiliki rasa setia kawan dan simpati kepada sesama.

 

Kesimpulan

Catur Paramita merupakan empat sifat ataupun sikap perbuata luhur. Keempat sikap tersebut merupakan ajaran etika untuk bersosialisi di masyarakat. Bagian Catur Paramitha yaitu (1), memiliki sifat - sifat persahabatan (Maitri), (2). memiliki rasa belas kasih terhadap kesusahan orang lain serta memiliki rasa tolong menolong (Karuna), (3). memiliki rasa empati terhadap keberhasilan ataaupun kesusahan orang lain (Muditha), dan (4). sikap toleransi dan tidak menanggapi secara berlebihan saat menghadapi suka maupun duka (Upeksa).

 

Adakalanya sebelum kita berbuat kepada orang lain, lebih baik kita berbuat atau menyucikan diri sendiri dengan tingkah laku yang baik. Dengan cara mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha. Ketiga perbuatan tersebut yaitu berfikit yang baik (Manacika Parisuda), berkata atau berkomunikasi yang baik (Wacika Parisuda) dan berprilaku yang baik (Kayika Parisuda). Serta memiliki kesadaran tentang 3 kewajiban di dunia ini (Tri Rna).

 

Oleh sebab itu, sebelum kita berprilaku yang baik kepada orang lain, bukannya lebih baik diri kita dahulu memiliki tingkah laku yang baik. Karena bagaimanapun, prilaku diri kita atau pikiran diri kita akan mempengaru tingkah laku yang akan kita lakukan kepada orang lain. Semua berawal dari pikiran, pikiran tersebut akan mempengaru ucapan dan tinggah laku diri kita. Sehingga akan mempengaruhi cara bersikap kepada orang lain.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Daftar Pustaka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top