Pengertian dan Bagian – Bagian Sad Ripu
Sad Ripu adalah enam musuh yang berada dalam diri manusia

Manusia merupakan makhul hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Memiliki kelebihan dari mahkluk lain yaitu berupa nalar/pikiran/ idep. Kelebihan tersebut membuat manusia mampu membedakan perbuatan baik dan buruk. Serta mampu mengetahui ataupun mengendalikan musuh - musuh dalam diri. Dalam pandangan Agama Hindu mengajarkan manusia akan enam musuh pada kehidupannya yaitu Sad Ripu. Bagian - bagian dari Sad Ripu yaitu Kama, Lobha, Krodha, Moha, Mada, dan Matsarya.

Pengertian Sad Ripu

Sad Ripu berasal dari kata "Sad" yang artinya enam, dan "Ripu" artinya musuh. Jadi Sad Ripu adalah enam musuh yang berada dalam diri manusia. Bagian dari keenam musuh tersebut yaitu Kama (hawa nafsu), Lobha (keserakahan), Krodha (kemarahan), Moha (kebingungan), Mada (kemabukan), dan Matsarya (iri hati).

 

Semua manusia memiliki keenam musuh tersebut yang dapat mempengaruhi prilakunya. Oleh sebab itu, pentingnya mengendalikan keenam musuh tersebut, agar tidak mengganggu kehidupan kita di dunia ini. Karena semua berawal dari diri sendiri. Ketika kita mampu mengendalikan diri, maka akan mencapai kebahagian secara lahir maupun batin.

 

Umat Hindu di Bali secara turun temurun dan sampai saat ini melaksanakan upacara pembersihan sifat buruk yang berada dalam diri manusia. Upacara pembersihan tersebut adalah Potong Gigi. Dalam bahasa Bali potong gigi berarti Mepandes atau Mesangeh atau Metatah. Potong gigi merupakan proses perataan gigi rahang atas yaitu dua gigi taring dan empat gigi sari. Adapun tujuan dari upakara ini adalah untuk membersihkan Sad Ripu yang berada dalam diri manusia. Upacara ini merupakan kewajiban bagi Umat Hindu dan merupakan kewajiban orang tua sebelum anak mereka memasuki perkawinan.

 

Bagian - Bagian Sad Ripu

Setelah kita mampu mengerti bahwa kita memiliki kelebihan dari makhluk lain. Kita juga memiliki enam musuh dalam diri. Musuh tersebut yaitu Sad Ripu. Serta musuh tersebut harus mampu kita kendalikan. Apaja saja bagian - bagian dari keenam musuh tersebut?, berikut bagian - bagiannya.

Kama

Kama yaitu hawa nafsu atau keinginan yang negatif. Hawa nafsu dalam ajaran sad ripu bukan hanya berarti nafsu birahi ataupun gairah sexsual saat melihat lawan jenis menarik. Tetapi hawa nafsu juga berarti memiliki keinginan yang berlebih. Keinginan yang terkendali merupakan teman baik bagi kita.

 

Setiap manusia harus memiliki keinginan, tetapi keinginan tersebut harus bersifat positif. Semisal memiliki keinginan untuk menjadi juara kelas, maka kita harus melakukan berbagai cara secar positif untuk mencapainya. Contohnya belajar dengan raji, kerjakan soal - soal yang sesuai, dan rajin membaca materi yang terkait. Hal tersebut merupakan contoh hawa nafsu yang positif. Apabila kita memiliki keinginan yang negatif, maka kita akan membawa catatan saat ulangan, menyontek, ataupun melakukan tindakan curang lainnya.

 

Contoh lain pengendalian keingian, semisal kita ingin menjadi Youtuber. Makan bertemanlah dengan keinginan tersebut. Dengan cara selalu memiliki semangat untuk mencari ide konten, mencari materi, membuat ataupun mengedit video dan hal - hal lainnya. Lakukanlah hal - hal tersebut secara positif, jauhkanlah keinginan yang negatif, semisal mencuri konten orang lain dan mengupload pada channel kita.

 

Kita sebagai manusia harus memiliki hawa nafsu / keinginan dalam diri ataupun pikiran kita. Apalagi keingin tersebut merupakan keinginan yang positif. Apabila kita tidak memiliki keinginan, makan kita tidak memiliki gairah dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, memiliki keingian merupakan keharusan. Kekawin Arjuna menyebutkan "Caket eling aning ambek tan wyar tan dadi kapetut", artinya : Apapun bisa kamu dapatkan dengan usaha dan kerja keras pikiran.

 

Lobha

Lobha yaitu rakus/ tamak/ keserakahaan yang bersifat negatif dan dapat merugikan orang lain. Sehingga seseorang yang berprilaku lobha tidak pernah merasa puas. Selain itu, orang yang berprilaku loba akan selalu merasa kekurangan dan selalu menginginkan lebih. Karena ketidak puasan tersebut, maka seseorang yang berprilaku lobha akan memiliki dorongan untuk melakukan kejahatan. Contoh tindakan lobha yang negatif yaitu tindakan mencuri, merampok, korupsi, dan lainnya.

 

Apapun yang berlebihan pastinya tidak baik. Apalagi tindakan tersebut jauh dari ajaran Dharma. Prilaku lobha juga memiliki sifat positifnya. Hal itu bisa tercapai ketika kita mampu mengendalikan sifat lobha tersebut. Hendakanya mampu mempertahankan sifat lobha yang positif. Seperti tidak puas akan ilmu pengetahuan, sehinggnya akan menumbuhkan semangat untuk menuntut ilmu. Selain itu contoh sifat lobha yang positif yaitu lobha akan amal / dana punia, sehingga akan menumbuhkan rasa berbagi dengan sesama.

 

Prilaku loba yang negatif tidak hanya berdampak buruk terhadap diri sendiri. Semisal akan menyebabkan kegelisahan, tidak merasa tenang ataupun tentram. Tetapi prilaku lobha juga berdampak buruk pada lingkungan di masyarakat. Adapun akibat dari prilaku lobha yaitu orang lain akan benci kepada kita, orang lain tidak hormat ataupu menghargai kita, dan orang lain tidak akan pernah peduli dengan diri kita.

 

Memang setiap orang memiliki sifat lobha, tak terkecuali diri kita sendiri. Karena bagaimanapu sesuatu yang berlebih dan sifatnya negatif akan berdampak buruk terhadap diri kita ataupun orang lain. Untuk itu, Sifat lobha yang berlebihan harus mampu untuk dikendalikan. Serta mempertahankan sifat lobha yang positif.

Krodha

Krodha yaitu Kemarahan/ Angkara Murka. Orang yang tidak bisa mengendalikan kemarahan akan menyebabkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Hanya mampu melihat masalah sebagai kesialan. Sehingga solusi satu - satunya yaitu kemarahan. Karena perasaan marah dapat menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian diri. Serta pengaruh yang paling berbahaya yaitu adanya perkelahian yang mempertaruhkan nyawa.

 

Kita sebagai manusia memiliki kelebihan untuk dapat menilai keadaan baik dan buruk. Ketika kita tidak mampu mengendalikan situasi yang terjadi dan bahkan tidak mampu membedakan baik ataupun buruk keadan yang terjadi. Hanya menjadikan kemaran sebagai solusi satu - satu. Pada saat itulah kita sudah kehilangan jati diri sebagai manusia. Tetapi ketika kita mampu mengendalikan amarah tersebut. Serta berusaha melihat kejadian dari sudut pandang yang berbeda. Maka akan menciptakan kedamaian bagi diri kita sendiri.

 

Rasa marah memang memiliki dampak buruh bagi diri sendiri dan orang lain. Bahkan keadan yang tidak terkendali membuat munculnya perasaan marah. Apapun yang orang lain lakukan, lebih baik jangan ikut mengadu kemarahan, dan lebih baik mengendalikan amarah tersebut. Karena orang kuat bukanlah orang yang tidak terkalahkan saat berkelahi, teteapi orang kuat sebenarnya adalah seseorang yang mampu mengendalikan diri atas amarahnya.

 

Bhagavan Gita II.63 menjelaskan betapa bahayanya bila amarah berkecambuk dalam diri seseorang, berikut penjelasannya :

Krodhadbhavati sammohah,sammohat smrti vibhramah,smrti bhramsad buddhi naso, buddhi nasat pranasyati

Bhagavan Gita II.63

Artinya : Amarak menimbulkan kebingungan, dari kebingungan hilang ingatan, dari hilang ingatan akan menghancurkan penalaran, dari kehancuran penalaran membawanya pada kemusnahan

Moha

Moha artinya kebingungan yang mebuat orang lain menjadi gelap, sehingga tidak mampu berfikir jernih. Hal tersebut membuat manusia tidak mampu membedakan baik dan buruk. Sehingga menyebabkan berlaksana menyimpang. Adapun penyebab seseorang menjadi bingung antara lain : rasa marah, tidak dapat mengatasi permasalahan yang berat, kehilangan seseorang, situasi atau keadaan yang menekan perasaan dan lain sebagainya.

 

Rasa bingung pasti akan menghampiri semua orang. Kesedihan akan datang saat kita kehilangan seseorang yang kita cintai dan munculnya perasaan kecewa. Tidak terelakkan rasa marah juga muncul. Pada posisi tersebut pastinya akan mengalami kebingungan.

 

Memang tidak akan mudah untuk menghadapi keadaan yang membuat kita bingung. Tidak ada masalah tanpa solusi ataupun tidak ada masalah tanpa jalan keluar. Karena di setiap permasalahan pasti ada sisi positif yang Tuhan tunjukkan kepada kita. Untuk itu cobalah untuk menenangkan situasi terlebih dahulu. Hadapi semuanya denga pikiran yang tenang dan jernih. Coba melihat permasalahan tersebut dari segi positifnya. Kemudia berusahan untuk mencari jalan keluarnya.

 

Sadarilah terlebih dahulu bahwa kejadian di dunia ini tidak menentu adanya. Dalam sloka Saramuscaya menjelaskan tentang keadaan di dunia ini yang harus kita mengerti. Terutama pengendalian pikiran saat mengalami suatu masalah. Yaitu sebagi berikut :

Nihan ta kramaningkang manah, bhranta lungha swabhawanya, akweh inangenangenya, dadi prathana, dadi sangsaya, pinakawaknya, hana pwa wwang’ikang wenang humrt manah, sira tika manggeh amanggih sukha, mangke ring paraloka waneh.

Sarasamuscaya 81

Artinya : Keadaan pikiran itu demikianlah. Tidak berketentuan jalannya, menginginkan banyak hal. Terkadang berkeinginan, terkadang penuh kesangsian, demikianlah kenyataannya. Jika ada orang yang dapat mengendalikan pikiran pasti orang itu beroleh kebahagiaan, baik sekarang maupun di dunia yang lain.

 

Pengendalian pikiran juga berfungsi untuk mengedalikan kebingungan saat menghadapi suatu masalah. Seperti halnya ajaran Tri Kaya Parisudha menjelaskan yaitu pengendalian pikiran yang baik akan menyebabkan ucapan dan perbuatan kita juga baik. Hal tersebut berarti saat kita mampu mengedalikan pikiran makan perlahan rasa bingung akan memudar. Selain itu, saat kita mampu mengendalikan pikiran makan kita akan mampu mencari solusi dari permasalah yang terjadi.

Mada

Mada artinya Mabuk. Mabuk tidak berarti mabuk karena mongkunsumsi minuman keras. Tetapi Mada / Kemabukan berarti mabuk yang menyebabkan pikiran seseorang tidak bisa berfikir jernih. Kemabukan membuat tidak bisa mengendalikan diri . Contohnya mabuk kekayaan, mabuk tampilan fisik (cantik/ganteng), mabuk karena mengkonsumsi zat - zat terlarang ataupun mengkonsumsi alkohol secara berlebihan. Ibarat sifat mabuk tersebut membuat seseorang memunculkan sifat sifat sombong, angkuh, takabur dan membuat orang tersebut berucap ataupun bertindak yang dapat menyakiti orang lain.

 

Sapta Timira juga dapat mempengaruhi kemabukan. Sapta timira adalah tujuh kegelapan yang menyebabkan pikiran seseorang menjadi gelap, selain itu juga menyababkan kemabukan. Adapun bagian - bagiannya : Surupa (mabuk ketampanan atau kecantikan), Dhana (mabuk kekayaan), Ghuna (mabuk kepandaian), Kulina (mabuk keturuna), Yowana (mabuk masa muda), Sura (mabuk minuman keras), dan Kasuna (mabuk keberania).

 

Kemabukan tersebut berawal dari pikiran. Seperti halnya konsep Tri Kaya Parisudha. Pikiran yang baik akan mempengaruhi ucapan dan tindakan. Saat pikiran kita penuh kegelapan makan ucapan dan tindakan kita juga gelap. Semisal kemabukan karena kekayaan dan kegelapan pikiran tersebut membuat kita berprilaku yang menyimpang. Contohnya mencari kekayaan dengan cara mencuri. Pada saat itulah kita mengalami kemabukan kegelapan pikiran. Selain itu akan berucap ataupun bertindak untuk melakukan pencurian.

 

Oleh sebab itu kendalikanlah sifat Mada/ Kemabukan tersebut pada diri kita. Seperti halnya kutipan Saramuscaya berikut :

Tan madoh marikang wisa, mwang amrta, ngke ring carira kahananya, kramanya, yan apunggung ikang wwang jenek ring adharma, wisa katemu denya, yapwan ateguh ring kastyan, mapageh ring dharma, katemung amrta.

Sarasamuscaya 128

Artinya : Tak berjauhan bisa (racun) itu dengan amrta. Tempatnya pada diri kita sendiri. Jika orang tersebut bodoh, suka berbuat adharma, maka akan memperoleh racun atau bisa. Sebaliknya kokoh berpegang pada kebenaran, tidak goyah hatinya bersandar pada dharma, maka akan memperokeh amertha.

 

Berdasarkan kutipan sloka tersebut, bahwa kebaikan ataupun keburukan itu berada dalam diri kita sendiri. Saat kita mampu mengendalikan diri ataupun mengendalikan sifat kemabukan tersebut. Serta berpegang teguh dengan dharma, makan akan memperoleh amartah (kekekalan / keabadian).

Matsarya

Matsarya artinya iri hati atau dengki. Sifat iri hati tidak hanya menyiksa diri sendiri tetapi akan berakibat buruk kepada orang lain. Seorang yang memiliki sifat matsarya akan selalu merasakan ketidak puasan. Menyebabkan orang tersebut selalau merasa kekurang, merasa hidupnya sial, tidak bernasih baik seperti orang lain dan mempunya keinginan untuk mengambil hak milik orang lain. Selain itu, perasaan iri akan kepunyaan orang lain akan menimbulkan rasa ingin memusuhi, berniat jahat, melawan dan bertengkar. Sehingga perbuatan tersebut dapat merugikan orang lain.

 

Perasaan iri hati mampu mengurangi rasa syukur dari apa yang kita miliki. Serta memiliki perasaan tidak senang saat orang lain bahagia. Karena perasaan iri hati tersebut dapat muncul ketika melihat orang lain lebih baik dari kita ataupun orang tersebut lebih sukses dari kita. Pada saat itulah rasa iri hati tersebut akan muncul, dan bahkan pikiran - pikiran lainnya ikut menyertai. Seperti rasa marah maupun kecewa.

 

Perasaan iri hati akan mengakibatkan hidup kita sengsara. Karena kita terlalu sibuk memikirkan orang lain ketimbang memikirkan diri kita sendiri. Lebih baik jadikanlah mencapain orang lain sebagi semangat untuk diri kita sendiri. Semangat untuk mencapai keberhasilan hidup yang kita ingingkan saat berada di dunia ini.

 

Memang perasaan iri hati memiliki dampak buruk kepada diri kita sendiri. Tetapi terdapat juga rasa iri hati yang bersifat positif. Seperti iri hati atau cemburu melihat keiklasan atau kejujuran orang lain, iri hati melihat orang lain berprilaku Dharma, iri hati melihat perjuangan orang lain mengejar cita - citanya dan perasaan iri hati positif lainnya.

Kesimpulan

Pengendalian diri menjadi penentu dalam menghadapai berbagai musuh yang tak menentu. Memang prilaku / kejadian di luar diri tidak bisa kita kendalikan. Tetapi cara kita menyikapi / cara kita mengontor diri bisa kendalikan. Karena diri kita sendiri memiliki tanggung jawab penuh terhadap segala tindakan / respon yang kita lakukan. Dalam hal ini bertanggung jawab terhadap musuh yang berada dalam diri.

 

Sad Ripu merupakan enam musuh yang berada dalam diri manusia. Serta perlunya pengendalian keenam musuh tersebut. Bagian - Bagian dari Sad Ripu yaitu : (1). Kama artinya pengendalian diri dari hawa nafsu, (2). Lobha artinya pengendalian diri terhadap keserakahan / tamak, (3). Krodha artinya pengendalian diri dari rasa marah, (4). Moha artinya pengendalian diri terhadapa kebingungan, (5). Mada artinya pengendalian diri terhadap kemabukan, dan (6) Matsarya artinya pengendalian diri terhadap rasa iri hati.

 

Sebenarnya Agama Hindu juga mengajarkan untuk mengendalikan musuh - musuh yang berada dalam diri manusia. Dengan cara menerapkan ajaran Susila (Etika) dalam Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Susilan adalah cara kita beragama dengan mengendalian pikiran, perkataan dan perbuatan. Bagian dari ajaran Susia yaitu Konsep Tri Kaya Parisudha bisa kita terapkan untuk mengendalian musuh dalam diri. Dengan cara pengendalian pikiran, ucapan, dan tindakan ke arah positif. Om Shanti-Shanti-Shanti Om

 

Daftar Pustaka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top