Ajaran Pengendalian Diri dalam Panca Yama Brata
Panca Yama Brata adalah lima keinginan pengendalian diri dari godaan - godaan nafsu yang tidak baik.

Ajaran akhlak mulia / etika bukan hanya penting untuk dipelajari, tetapi haru mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari. Dalam kitab - kitab sastra Agama Hindu mengajarkan dalam bertindak, berprilakau dan bersikap yang adi luhur / baik. Salah satu ajaran tersebut yaitu Panca Yama Brata. Panca Yama Brata adalah lima keinginan pengendalian diri dari godaan - godaan nafsu yang tidak baik. Kelima pengendalian diri tersebut yaitu : Ahimsa, Brahmacari, Satya, Awyawaharika, dan Asteya.

Pengertian Panca Yama Brata

Panca Yama Bratha berasal dari bahasa Sansekerta. "Panca" artinya lima, "Yama" artinya pengendalian diri, dan "Brata" artinya keinginan. Dengan demikian Panca Yama Brata adalah lima macam keinginan pengendalian diri dari godaan - godaan nafsu yang tidak baik. Kelima pengendalian tersebut yaitu : Ahimsa, Brahmacari, Satya, Awyawaharika, dan Asteya.

Lontar yang menguraikan ajaran Panca Yama Bratha yaitu lontar Wrepti Sesana, sebagai berikut :

Ahingsa ngaraning tan pamati-mati, brahmacaryya ngaraning tan keneng stri sangkan rare, mwang sang kumarwruhi mantra kabrahmacaryan, satya ngaraning tuhu mojar, awyawaharika ngaraning tan pawyawahara, astaiya ngaraning tan chindra ring drewya ning len, ika ta kalima, yama bratha ngaranya, ling bhatara Rudra.

Lontar Wreti Sasana

Terjemahannya :

Ahimsa artinya tidak melakukan pembunuhan, brahmacari artinya tidak pernah menyentuh perempuan sejak kecil dan memahami mantra kebrahmacarya, satya artinya berkata jujur, awyawaharikan artinya tidak terikat keduniawian, asteya artinya tidak berniat jahat terhadap miliki orang lain, kelima tersebut merupakan Yama Bratha, sabda bhatara Rudra.

 

Panca Yama Brata merupakan sabda dari bhatara Rudra kepada umat Hindu, agar umat Hindu mampu menerapkan lima pengendalian diri. Kelima pengendalian tersebut yaitu : (1) tidak menyakiti atau melakukan pembunuhan (Ahimsa); (2) berfikir suci, bersih dan jernih (Brahmacari); (3) kebenaran, kesetiaan dan kejujuran (Satya); (4) tidak terikat keduniawian (Awyawaharika); (5) tidak mencuri (Asteya). Apabila menerapkan kelima pengendalian tersebut pada kehidupan sehari - hari, maka akan mencapai kesempurnaan dan kesucian jasmani.

 

Bagian - Bagian Panca Yama Brata

Ahimsa

Ahimsa berasal dari kata "a" yang artinya tidak, dan "himsa" artinya membunuh atau menyakiti. Jadi ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti orang lain (makhluk ciptaan Tuhan). Ajaran Agama Hindu sangat melarang tindakan membunuh atau menyakiti sesama ciptaan Tuhan.

 

Karena bagaimanpun kita semua berasal dari satu sumber yang sama, yaitu berasal dari Tuhan. Oleh sebab itu, janganlah menyakiti sesama. Menyakiti orang lain berarti kita menyakiti diri sendiri. Seharusnya kita saling bersahabat, hidup rukun, penuh kasih sayang dan tidak menyakiti antar sesama ciptaan Tuhan.

 

Ajaran Agama Hindu membenarkan empat macam pembunuhan, yaitu : (1). Membunuh untuk dipersembahkan kepada Tuhan atau para Dewa (Dewa Yadnya); (2). Untuk dipersembahkan kepada para roh leluhur (Pitra Yadnya); (3). Untuk dipersembahkan kepada tamu atau undangan; (4). Membunuh binatang yang mengancam manusia.

Brahmacari

Brahmacari atau brahmacarya berasal dari kata "Brahma" yang artinya ilmu pengatahuan dan "cari" atau "carya" artinya bergerak. Jadi brahmacari yaitu bergerak dan bertingkah laku dalam menuntut ilmu pengetahuan. Brahmacari indentik terhadap tingkah laku manusia dalam belajara atau menuntut ilmu pengetahuan. Serta harus mampu menghindari gangguan saat menuntut ilmu pengetahuan.

 

Kita harus mampu menganggap atau memandang ilmu pengetahuan itu sangat penting. Menuntuk ilmu tidak hanya di bangku sekolah saja, tetapi menuntut ilmu merupakan proses belajar seumur hidup. Karena ilmu pengetahuan berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan memahami ilmu pengetahuan seeorang tidak akan ragu betindak dalam menghadapi masalah.

 

Umat Hindu menganggap ilmu pengetahuan sangat penting dan strategis bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan mutu hidupnya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, baik yang bersifat surgawi atau duniawi. Hal tersebut terungkap dalam pustaka suci Veda Smerti sebagai berikut :

Persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih mulia daripada persembahan materi, dalam keseluruhannya semua kerja ini akan mendapatkan apa yang diinginkan dalam ilmu pengetahuan.

Bhagawadgita, IV.33

Pelajarilah itu dengan sujud disiplin, dengan bertanya dan pelayanan; orang bijaksana, yang melihat kebenaran, akan mengajarkan kepadamu pengetahuan itu.

Bhagawadgita, IV.34

Setelah mengetahui segalanya ini, engkau tidak kebingungan lagi, dengan demikian engkau melihat, tanpa kecuali, segala ciptaan dalam Atmamu, kemudian dalam Aku.

Bhagawadgita, IV.35

Walaupun seandainya engkau paling berdosa di antara manusia yang mimikul dosa dengan perilaku ilmu pengetahuan ini, lautan dosa akan engkau seberangi.

Bhagawadgita, IV.36

Bagaikan api menyala, yang membakar kayu api menjadi abu, demikian pula api ilmu pengetahuan membakar segala karma menjadi abu.

Bhagawadgita, IV.37

Ia yang memiliki kepercayaan, pengabdi dan menguasai panca inderanya, memperoleh ilmu pengetahuan; dengan memiliki ilmu pengetahuan ia menemui kedamaian abadi.

Bhagawadgita, IV.39

Kutipan beberapa sloka Bhagawadgita tersebut memberikan pandangan bagi Umat Hindu tentang ilmu pengetahuan. Memahami ilmu mengetahuan berarti mampu mengetahui kebenaran, meningkatkan kepercayaan diri dan memperoleh kedamaian yang abadi. Dalam dunia ini bukanlah materi yang paling berharga, tetapi ilmu pengetahuanlah yang paling berharga. Selain itu, dengan dengan memahami ilmu pengetahuan kita akan mampu terbebas dari kebingungan ataupun dosa - dosa.

Satya

Satya yaitu menjunjung kebenaran, kesetiaan dan kejujuran. Kejujuran adalah sikap sesorang yang konsisten atas kebenaran dalam berfikir, berucap dan bertindan (Tri Kaya Parisudha), serta setia dalam pertemanan dan selalu menepati janjinya.

Bagian dari Satya /Panca Satya, yaitu :

  1. Satya Hardeya yaitu setia pada kata hati dan konsisten atau berpendirian teguh,
  2. Satya Wacana yaitu setia dan jujur dalam kata - kata,
  3. Satya Laksana yaitu jujut dan bertanggung jawab atas apa yang di ucapkan ataupun tindakannya,
  4. Satya Mitra yaitu setia kepada teman dan tidak menghianati,
  5. Satya Semaya yaitu setia pada janji dan tidak pernah ingkar janji.

Semua orang harus mampu menerapkan kejujuran (Panca Satya). Karena pada saat kita mampu jujur dengan kata hati, ucapan, perbuatan, persahabatan dan janji. Hal tersebut akan mempengaruhi cara pandang kita terhadap orang lain ataupun peristiwa yang sedang terjadi. Saat kita mampu bersika jujur, secara tidak langsung kita siap menghadapi segala rintangan dengan cinta kasih.

Dalam mantram suci Regveda menjelaskan terkait tentang kejujuran, yaitu :

Kebahagian duniawi akan mudah dicapai tanpa hambatan dan rintangan bagi orang yang mengikuti jalan kejujuran.

Rgveda, I.41.4,

Orang-orang yang bijaksana mengetahui dengan baik bahwa kejujuran dan kebahagiaan berjalan bersama-sama. Di luar itu semuanya, kejujuran pasti lebih baik, Tuhan menyelamatkan orang yang berbicara jujur dan menghancurkan orang yang bohong.

Rgveda, VII, 104.12.

Orang yang senantiasa berbuat jujur, berkata benar (satya) akan memperoleh perlindungan Tuhan dalam hidupnya.

Rgveda, X.37.2.

Dalam kutipan mantran tersebut menjelaskan bahwa kemudahan yang akan kita peroleh saat mampu mengikuti jalan kejujuran. Segala rintangan atapun hambatan akan mudah kita hadapi, karena Tuhan selalu melindungan orang yang jujur. Tetapi dengan ketidak jujuran, segalanya akan kerasa susah.

Awyawaharika

Awyawaharika berasal dari kata "a" yang artinya tidak, dan "wyawaharikan" artinya terikat dengan keduniawian. Sehingga awyawaharikan berarti tidak terikat dengan keduniawian. Hal ini berarti menunjukkan cara hidup sederhana atau tampil sederhana dan tidak berlebihan. Awyawaharikan juga berarti melakukan usaha yang bersumber dari ketulusan dan kedamaian.

 

Awyawaharikan berarti tidak mengharapkan hasil dari kegiatan keduniwian. Melakukan kegiatan di dunia ini dengan cara tulus dan tanpa mengharapkan hasil. Dengan cara seperti itu, kita akan mampu terbebas dari keduniawian dan hal tersebut membebaskan kita dari keterikatan. Keterikatan berarti mengharapkan hasil perbuatan.

 

Jangan bersikap berlebihan dalam menjalani kehidupan, lakukan secara sesederhana mungkin dan sewajarnya saja. Ketika kita melakukan sesuatu kegiatan lakukanlah dengan penuh semangan dan lakukan secara tulus iklas. Sedangkan untuk hasilnya berserahlah kepada Tuhan.

Asteya

Asteya berasal dari kata "a" yang artinya tidak, dan "steya" artinya mencuri atau memperkosa miliki orang lain. Jadi Asteya merupakan pengendalian diri untuk tidak melakukan pencurian / mengambil hak milik orang lain. Dengan cara mengendalikan diri seperti ini (tidak mencuri/ tidak menerima suap/ tidak korupsi) makan akan mampu mencapai ketenangan lahir dan batin.

Terdapat enam bagian dari Asteya, yaitu :

  1. Angalap artinya mengambil secara paksa milik orang lain,
  2. Akon Anuduhaken artinya menyuruh orang lain untuk mencuri,
  3. Aweh Pangan artinya memberi makan kepada pencuri,
  4. Wruh Ring Maling artinya berkenalan dengan pencuri,
  5. Amitra Maling artinya berteman dengan pencuri,
  6. Anelang Drewyaning Sanak Tur Tan Angulihaken artinya tidak mengembalikan hak miliki orang lain.

Tidak boleh mencuri / mengambil hak milik orang lain. Selain itu melakukan tindakanya pencurian juga berdampat terhadap hukum Karmaphala pada diri sendiri. Karma tersebut kita nikmati pada kehidupan saat ini ataupun nanti. Tidak ada Agama yang membenarkan tindakan pencurian. Berani melakukan pencurian, berarti berani menerima hukuman dari Tuhan.

 

Dalam pustaka suci Veda menyatakan bahwa "Cara meperoleh sesuatu dengan cara adharma adalah noda (dosa) namanya" (Sarasamuccaya, 263) dan sekaligus mereka "tidak akan memperoleh pertolongan dan karunia dari Tuhan" ” (Atharvaveda, XX.18.3.) Lebih lanjut pustaka suci Veda menegaskan sebagai beriku :

Caranya berusaha memperoleh sesuatu hendaknya berdasarkan dharma

Sarasamuccaya, 261

Utamakan sekali dharma itu di dunia ini,
orang yang berprilaku mulia beliau patut ditiru,
mencari arta dan kama didasarkan pada dharma,
orang yang berprilaku mulia selalu berpedoman pada dharma

Kakawin Ramayana II.706-707

Orang yang bekerja keras berdasarkan dharma akan memeperoleh kekayaan yang berharga

Regveda, I.41.6.

Orang yang senantiasa berbuat jujur, satya (dharma) memperoleh perlindungan dalam hidupnya

Regveda, X.37.2.

Dari kutipan sloka tersebut, umat Hindu sangat menekankan perbuatan yang berpedoman pada Dharma dalam memperoleh kekayaan. Karena hanya berbuat jujur, satya, dan tulus iklas yang akan mengantarkan kepada kekayaan yang berharga . Selain itu, ketika kita bekerja keras berdasarkan Dharma, makan Tuhan akan melindungi dan mengantarkan kita pada keberhasilan.

Kesimpulan

Panca Yama Bratha artinya lima keinginan dalam pengenadalian diri. Bagian bagian Panca Yama Bratha yaitu Ahimsa, Brahmacari, Satya, Awyawaharika, dan Asteya. Kelima bagian tersebut harus mampu kita terapkan dalam kehidupan sehari - hari.

 

Ahimsa artinya keinginan dalam pengendalian diri untuk tidak melakukan pembunuhan. Brahmacari artinya keinginan untuk menuntut ilmu pengentahuan, dan menghilangkan rasa egois tentang tahu segalanya. Satya artinya setia terhadap isi hati, ucapan dan tindakan. Awyawaharika aritnya tidak terikat dengan keduniawian, dalam artinya berlaksana secara tulus ikhlas tanpa mengharapkan hasil. Asteya artinya tidak mencuri milik orang lain.

 

Ajaran Panca Yama Brata mengajarkan kita untuk mampu mengendalikan diri. Mampu berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Mampu menjadi pengendali utama terhadapt diri sendiri dan tidak memiliki sifat yang menyimpang atau merugikan orang lain. Karena manusia memiliki akal / nalar yang membedakan dengan makhluk lain (binatang). Oleh sebab itu, milikilah kendali penuh terhadap segala tindakan yang kita lakukan.

Daftar Pustaka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top